Kamis, 29 November 2018

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.)



Ketersediaan pangan saat ini masih tergantung dengan penggunaan pestisida. Para petani pada saat ini masih memilih menggunakan pupuk dan pestisida kimia (Anorganik) karena efeknya yang langsung terlihat nyata. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman secara Terpadu (PHT) memiliki arti penting dalam mendukung adanya pertanian berkelanjutan. PHT dan Pertanian Berkelanjutan merupakan suatu kebijakan pemerintah yang disahkan dalam Undang-Undang. Adapun Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/ OT/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT) atau Integrated Pest Management (IPM) merupakan komponen integral dari Sistem Pertanian Berkelanjutan. PHT bertujuan tidak hanya mengendalikan populasi hama tetapi juga meningkatkan produksi dan kualitas produksi serta meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani. Cara dan metode yang digunakan adalah dengan memadukan teknik-teknik pengendalian hama secara kompatibel serta tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Jambu biji varietas kristal atau lebih dikenal sebagai jambu kristal merupakan jambu biji varietas baru yang mulai dikenal dan disukai masyarakat. Hal tersebut dikarenakan jambu kristal cenderung tidak memiliki biji (seedless), daging buahnya renyah, dan ukuran buahnya relatif besar. Jambu biji varietas kristal merupakan mutasi dari residu Muangthai Park, ditemukan pada tahun 1991.
Hama yang menyerang tanaman jambu kristal antara lain:
1. Ulat Pucuk

Hama ini menyerang daun muda dan pucuk daun jambu kristal dengan melipat beberapa helai daun. Larva hama ini menyerang daun dengan menggigit daun dari dalam lipatan dan menghasilkan benang-benang halus berwarna putih. Pengendalian PHT dapat menggunakan musuh alami seperti burung, kelelawar, dan semut rangrang.
2. Belalang

Hama belalang dapat menyerang pertanaman setiap saat dan memiliki inang yang banyak/polifag. Serangan berat umumnya terjadi pada tanaman muda. Pengendalian PHT yang selama ini dilakukan dalam mengatasi hama ini ialah sanitasi lahan, tidak menanam tanaman yang dapat menjadi inangnya di luar tanaman utama
3. Lalat Buah

Telur lalat buah diletakkan oleh lalat buah betina di dalam daging buah dengan cara menusukkan ovipositornya. Bekas tusukan tersebut berupa noda atau titik kecil berwarna hitam yang tidak terlalu jelas. Noda atau titik kecil tersebut merupakan gejala awal adanya serangan lalat buah (Gambar 21B). Setelah 2 sampai 4 hari, telur akan menetas menjadi larva. Pada fase larva inilah yang mengakibatkan kerusakan pada buah. Hal ini dikarenakan, pada fase ini larva membutuhkan banyak nutrisi untuk menjadi imago.
 Untuk serangan lalat buah bisa dilakukan dengan pembungkusan buah. Trapping atau perangkap dengan atraktan dengan bahan aktif Metyl eugenol, jika dirasa terlalu mahal bisa digunakan air rebusan selasih atau pala yang juga mengandung metyl eugenol. Pembungkusan buah dapat dilakukan setelah kelopak bunga sudah hampir rontok dengan menggunakan plastik bening. Sebelum dibungkus plastik bisa disarungi dulu dengan jaring buah.

Sumber :
ANGGIL SENDI ERIZA. 2015. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI AGRIBUSINESS DEVELOPMENT STATION CIKARAWANG BOGOR. DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Rhainds M, Davis DR, Price PW. 2009. Bionomics of bagworms (Lepidoptera: Psychidae). California (US): Annual Review of Entomology